Kawan, kali ini kita kita bahas kenapa PLTU Batubara bisa
dikatakan berbahaya. Sebelumnya kita
perlu tau kalo Batubara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan kita, umat manusia. Sesuai dengan namanya, batubara adalah batuan
yang mudah terbakar. Dan juga sudah bukan rahasia lagi, bahwa sebagian besar pembangkit listrik
yang beroperasi (di Indonesia)
hingga saat ini masih memanfaatkan batubara
sebagai bahan bakarnya. Tanpa batubara,
bisa dipastikan sebagian wilayah Indonesia tidak berlistrik.
Sedemikian pentingnya batubara bagi hajat hidup kita, sampai-sampai tidak ada
tempat yang bebas dari incaran untuk dieksploitasi. Lazimnya batubara terdapat di
lapisan yang tak jauh dari permukaan bumi, untuk mendapatkannya pun para
penambang harus membongkar lapisan tanah.
Alhasil banyak kawasan yang semula adalah hutan, dengan segera berubah menjadi lahan tambang terbuka.
Pohon-pohon ditebangi. Hewan-hewan pun kehilangan tempat tinggalnya.
Lapisan tanah di kawasan itu dikeruk atau dibongkar,
lalu dibawa ke tempat penimbunan. Akibatnya bisa diduga, tanah akan kehilangan
lapisan yang kaya nutrisi dan berubah menjadi tandus. Setelah batu baranya
terkuras habis, tentunya pertambangan akan ditutup. Lahan bekas tambang akan
menyisakan kawasan gersang yang merana tanpa guna. Tumbuhan akan sulit tumbuh
di tempat seperti itu. Kawasan menjadi sangat tidak produktif dan ketika hujan datang,
air tak terserap tanah, akibatnya air tanah berkurang. Dalam keadaan seperti
itu erosi
tanah juga akan sangat mudah terjadi . Ancaman banjir
dan longsor
pun terhampar di depan mata. Patut disayangkan sebenarnya apabila lahan bekas garapan
tambang akhirnya justru mendatangkan bencana bagi manusia. Jadi, kesimpulannya
adalah lahan bekas lokasi tambang batubara
tidak boleh ditinggalkan begitu saja setelah batubaranya dikuras. Perlu usaha serius
untuk mengembalikan lahan bekas tambang itu seperti sedia kala.
Dari sekian manfaat yang
dihasilkan batubara,
ternyata juga banyak menyimpan masalah,
salah satunya mulai dari kasus
penambangannya yang merusak tatanan ekosistem. Batubara juga merupakan sumber
energi yang paling kotor di planet ini, batubara
juga merupakan penyumbang utama gas rumah kaca penyebab pemanasan global di
dunia. Indonesia merupakan salah satu produsen utama batubara di dunia, saat
ini Indonesia merupakan pengekspor batubara
terbesar kedua di dunia setelah Australia. Tahun 2011, total produksi batubara
Indonesia mencapai 350 juta ton, lebih dari 80% nya diekspor ke luar
negeri.
Pulau Kalimantan merupakan penghasil utama batubara
di Indonesia, lebih dari 70% produksi batubara negeri ini berasal dari
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Pengerukan batubara yang sangat
massif di daerah tersebut meninggalkan jejak kerusakan yang maha dasyat, mulai
dari lubang-lubang raksasa yang ditinggalkan begitu saja pasca batubaranya
dikeruk habis oleh perusahaan tambang, sampai penggusuran masyarakat adat
dari tanah yang telah mereka tinggali selama ratusan tahun. Jejak kerusakan
batubara tidak berakhir di pertambangan, tetapi terus berlanjut selama
perjalanannya, dalam proses pembakarannya di PLTU, batubara mengeluarkan polusi
zat-zat beracun, mulai dari karbonmonoksida, mercury, sampai ke karbondioksida,
gas rumah kaca penyebab pemanasan global itu. Akibatnya, kehidupan
masyarakat yang tinggal disekitar PLTU, berubah pasca PLTU tersebut mulai
dibangun dan semakin memburuk ketika PLTU tersebut mulai beroperasi, menyedihkan bukan.
PLTU batubara yang berdiri di Indonesia |
Sebut saja masyarakat yang tinggal di sekitar PLTU
Cirebon, mereka adalah saksi sekaligus korban dari adanya PLTU batubara. Sejak proses pembangunannya,
PLTU telah mengubah hidup mereka untuk selamanya, dimulai dari digusurnya
ladang-ladang garam mereka di lokasi dimana PLTU kini berdiri angkuh, sampai
hilangnya mata pencaharian mereka sebagai nelayan pinggiran pencari udang rebon
untuk bahan baku terasi. Sejak PLTU mulai dibangun. Sejak
itu pula berakhirlah era terasi Cirebon yang termahsyur itu. Hal serupa juga
menimpa Cilacap. penduduk disana mempunyai kisah yang lebih tragis tentang
jejak kehancuran yang disebabkan oleh batubara. Sejak PLTU Karang Kadri Cilacap
berdiri pada tahun 2007, sejak itu juga kualitas hidup masyarakat yang tinggal
disekitar PLTU tersebut memburuk. Pada tahun 2009, penelitian kesehatan yang
dilakukan oleh salah satu
organisasi lingkungan terhadap masyarakat
yang bermukim disekitar PLTU Cilacap, menunjukkan hasil yang mencengangkan.
Lebih dari 80% masyarakat yang tinggal disekitar PLTU Cilacap mengidap
penyakit-penyakit yang terkait dengan pernafasan mereka, mulai dari ISPA,
sampai ke radang paru-paru akibat terpapar debu batubara. Yang lebih
menyedihkan adalah, lebih dari 80% anak balita yang tinggal disekitar PLTU,
mengalami keterlambatan tumbuh-kembang dan mengalami berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kualitas udara yang sangat buruk di lingkungan mereka.
Kisah tentang jejak kehancuran yang diakibatkan oleh
batubara tidak hanya terjadi di
negeri ini tapi terjadi juga diseluruh dunia. Bahan bakar terkotor di muka bumi
ini masih terus digunakan, mulai dari Amerika Serikat, Inggris, India, Afrika
Selatan, Thailand, bahkan sampai ke Cilacap dan Cirebon di Indonesia. Kisah
tentang jejak kehancuran yang diakibatkan oleh batubara adalah kisah yang
identik hanya berbeda tempat kejadiannya.
Rakyat Indonesia juga harus tegak berdiri meminta pemerintah
kita untuk segera melepaskan ketergantungan terhadap bahan bakar terkotor di
planet ini. Masa depan yang aman dan sehat jelas hanya tinggal impian jika
pemerintah terus melanjutkan kecanduannya yang berbahaya ini. Era batubara
sudah berakhir, kini saatnya era energi yang tepat untuk peradaban modern,
peradaban yang sehat dan bersih, peradaban yang akan ditenagai oleh
energi terbarukan.
Oleh: Ardiatma Rio