Minggu, 21 Juli 2013

Keuntungan PLTU Buat Siapa?


Keuntungan Untuk 'mereka'


      Serius untuk  warga Indonesia? Pemerataan listrik? 33% rumah tangga Indonesia itu belum teraliri listrik dan 80-90% dari yang belum teraliri listrik ini berada di luar Jawa! Nah, Lalu mengapa PLTU terbesar se-Asia Tenggara berkekuatan 2x1.000 MW malah dibangun di Jawa? Yak, muncul tanda tanya, Terus untuk apa lagi? Mengentaskan Batang dari kemiskinan? Eh! Emang kalau PLTU berdiri yang jadi kaya siapa? Mungkin perputaran uang di Batang ini jadi lebih baik, tapi siapa yang pegang uang-uang itu? Bukan...bukan warga. 

       PLTU Batang ini hanya membutuhkan teknisi-teknisi yang tentunya memiliki tingkat pendidikan tertentu atau ahli di bidang tertentu, bukan nelayan yang selalu memanen ikan dari alam yang kaya setiap harinya apa lagi dari petani – petani yang sawahnya subur sampai panen 3 kali dalam setahun. Bukan mereka. Nah, terus siapa yang untung di pembangunan PLTU ini selain pemilik tambang batu bara? Jepang! Kok bisa? Bisa dong.. 

    Saking menguntungkannya, pembangunan PLTU di Batang ini bagi Jepang, sampai-sampai beberpa hari yang lalu Deputi Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura berkunjung ke Jakarta untuk berkeluhkesah tentang kekhawatirannya perihal masalah pembebasan lahan yang tidak kunjung selesai pada Hatta Rajasa selaku Menteri Perekonimian. Kecurangan yang mulai tercium. Jadi sebenarnya, Jepang itu sudah tidak mau menggunakan batubara lagi sebagai sumber energi. Lah? Malah mau bikin PLTU disindang? Yak, untuk yang belum tahu, yang memenangkan tender pembangunan PLTU di Batang ini adalah J-Power yang berkonsorsium dengan Itochu (Jepang) dan Adaro (Indonesia). Lucu emang, ketika mereka sendiri berkomitmen untuk nggak menggunakan batu bara lagi karena mereka sadar betapa tak terelakkan dan bahayanya batu bara ini, mereka malah membangun PLTU berbahan bakar batubara di Indonesia.

      Tentu kita bisa lebih pintar kan? Memang, pasca terjadi gempa yang merusak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Jepang, Jepang mengalami kerugian hebat, dan alhasil mereka mulai menggunakan batubara lagi, karena keuangan yang belum pulih itu. Nah, salah satu cara mereka biar pulih ya membangun PLTU di Batang itu. Dan bukan tidak mungkin, setelah keuangan mereka pulih, mereka akan berhenti kembali menggunakan batubara, memulai menggunakan energi terbarukan ramah lingkungan dengan resiko minim bahkan nol, sedang Indonesia saat itu sudah dalam perjalanan dan menemui kehancuran yang pasti akibat batubara. 

Sekali lagi, kita tidak bisa lebih pintar kan?



Oleh: Sabrina Aulia Nisa
          https://twitter.com/Uliibaiik