Serius untuk warga Indonesia? Pemerataan listrik? 33%
rumah tangga Indonesia itu belum teraliri listrik dan 80-90% dari yang belum
teraliri listrik ini berada di luar Jawa! Nah, Lalu mengapa PLTU terbesar
se-Asia Tenggara berkekuatan 2x1.000 MW malah dibangun di Jawa? Yak, muncul tanda
tanya, Terus untuk apa lagi? Mengentaskan Batang dari kemiskinan? Eh! Emang
kalau PLTU berdiri yang jadi kaya siapa? Mungkin perputaran uang di Batang ini
jadi lebih baik, tapi siapa yang pegang uang-uang itu? Bukan...bukan warga.
PLTU Batang ini hanya membutuhkan
teknisi-teknisi yang tentunya memiliki tingkat pendidikan tertentu atau ahli di
bidang tertentu, bukan nelayan yang selalu memanen ikan dari alam yang kaya
setiap harinya apa lagi dari petani – petani yang sawahnya subur sampai panen 3
kali dalam setahun. Bukan mereka. Nah, terus siapa yang untung di pembangunan
PLTU ini selain pemilik tambang batu bara? Jepang! Kok bisa? Bisa dong..
Saking menguntungkannya,
pembangunan PLTU di Batang ini bagi Jepang, sampai-sampai beberpa hari yang
lalu Deputi Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura berkunjung ke Jakarta
untuk berkeluhkesah tentang kekhawatirannya perihal masalah pembebasan lahan
yang tidak kunjung selesai pada Hatta Rajasa selaku Menteri Perekonimian. Kecurangan yang mulai tercium. Jadi
sebenarnya, Jepang itu sudah tidak mau menggunakan batubara lagi sebagai sumber
energi. Lah? Malah mau bikin PLTU disindang? Yak, untuk yang belum tahu, yang
memenangkan tender pembangunan PLTU di Batang ini adalah J-Power yang
berkonsorsium dengan Itochu (Jepang) dan Adaro (Indonesia). Lucu emang, ketika
mereka sendiri berkomitmen untuk nggak menggunakan batu bara lagi karena mereka
sadar betapa tak terelakkan dan bahayanya batu bara ini, mereka malah membangun
PLTU berbahan bakar batubara di Indonesia.
Tentu kita bisa lebih pintar kan? Memang,
pasca terjadi gempa yang merusak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Jepang,
Jepang mengalami kerugian hebat, dan alhasil mereka mulai menggunakan batubara
lagi, karena keuangan yang belum pulih itu. Nah, salah satu cara mereka biar
pulih ya membangun PLTU di Batang itu. Dan bukan tidak mungkin, setelah
keuangan mereka pulih, mereka akan berhenti kembali menggunakan batubara,
memulai menggunakan energi terbarukan ramah lingkungan dengan resiko minim
bahkan nol, sedang Indonesia saat itu sudah dalam perjalanan dan menemui kehancuran
yang pasti akibat batubara.
Sekali lagi, kita tidak bisa
lebih pintar kan?
Oleh: Sabrina Aulia Nisa
https://twitter.com/Uliibaiik
Oleh: Sabrina Aulia Nisa
https://twitter.com/Uliibaiik